Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menilai posisi Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai penjaga moral, spiritual, dan validasi sosial di tengah derasnya arus informasi dan disrupsi nilai-nilai kehidupan sangat penting.
Menurutnya, sejak era radio, televisi swasta, hingga kehadiran media sosial, masyarakat semakin mudah mengakses informasi, namun sering kali kehilangan arah nilai dan etika.
“Demokratisasi informasi begitu cepat. Tapi perkembangan moral dan spiritual tidak secepat itu. Maka peran MUI menjadi penting sebagai filter nilai dan rujukan umat,” jelasnya saat membuka Rapat Kerja Daerah MUI Kota Bandung, di Aula Kantor MUI Kota Bandung, Sabtu, 28 Juni 2025.
Di kesempatan itu, Farhan secara terbuka membahas persoalan-persoalan sosial di Kota Bandung. Termasuk penyebaran HIV/AIDS yang meningkat akibat praktik prostitusi tersembunyi, khususnya sesama jenis, yang banyak terjadi melalui platform digital.
“Ini bukan sekadar isu moral, tapi juga kesehatan masyarakat. Kami butuh peran ulama untuk menyelamatkan generasi muda,” katanya.
Farhan menegaskan pentingnya peran MUI dalam menjaga nilai-nilai Islam di tengah tantangan kota besar.
Ia juga menyinggung bahwa Bandung adalah kota terbuka, dan tidak mungkin membatasi orang masuk. Karena itu, pembangunan moral harus dilakukan dari dalam melalui pendidikan, dakwah, dan keteladanan.
“Kita ini kota terbuka. Tidak mungkin bangun pagar seperti Israel. Maka peran ulama sangat penting untuk membina umat hingga ke tingkat RW dan RT,” katanya.
Di luar itu, Farhan mengapresiasi MUI Kota Bandung atas keputusan untuk tidak melakukan pergantian antar waktu atas sejumlah pengurus yang wafat, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap kontribusi mereka.
Rapat kerja ini diharapkan menjadi momen konsolidasi bagi para ulama dalam merumuskan program dakwah, penguatan umat, dan kolaborasi strategis dengan Pemerintah Kota Bandung.(dskoinf.bdg)
0 Komentar