Wakil Wali Kota Bandung, Erwin mengajak para pemuda untuk menjadi pelopor dalam merepresentasikan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu disampaikannya saat membuka kegiatan Dialog Kebangsaan: Refleksi Pancasila, Kebangkitan Pemuda, dan Transformasi Kebudayaan yang digelar Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (IPMA NTT) di Kampus Universitas Islam Nusantara (Uninus), Sabtu 21 Juni 2025.
Menurutnya, kebangsaan bukan sekadar identitas administratif dalam paspor, melainkan semangat yang menghidupkan keberagaman.
"Indonesia adalah rumah besar dengan beragam suku, agama, bahasa, dan budaya. Di tengah keberagaman itu, Pancasila hadir sebagai dasar negara yang menyatukan, memberi arah, serta ruh pada perjalanan bangsa," tuturnya.
Ia juga menyebut Bandung sebagai kota inklusif yang terbuka terhadap keberagaman.
“Bandung akan menerima siapa pun, dari suku atau agama mana pun. Kita tidak hanya mengedepankan ukhuwah islamiyah, tetapi juga ukhuwah wathaniyah sebagai sesama bangsa Indonesia, dan ukhuwah basyariyah sebagai sesama manusia,” jelasnya.
Ia menilai, pemuda sebagai agen perubahan yang memiliki energi, kreativitas, dan semangat untuk mendorong kemajuan bangsa.
“Pemuda harus adaptif terhadap zaman dan menjadi jembatan antara warisan budaya leluhur dengan tantangan modernitas,” ujar Erwin.
Namun, ia juga mengingatkan, tantangan kebangsaan tetap nyata. Di Bandung rentan gesekan antar kelompok, interaksi negatif di ruang digital, hingga rendahnya partisipasi pemuda dalam kegiatan sosial.
“Situasi ini menjadi tantangan bersama. Kita tidak boleh tinggal diam,” tegasnya.
Karena itu, Erwin menyampaikan, Pemkot Bandung terus mendorong berbagai inisiatif yang menanamkan dan menghidupkan nilai Pancasila.
Beberapa di antaranya adalah pelatihan kepemudaan berbasis karakter, dukungan terhadap komunitas lintas budaya dan agama, serta penguatan literasi digital untuk menjaga ruang publik dari ujaran kebencian dan hoaks.
“Pemkot Bandung sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan organisasi kepemudaan, termasuk IPMA NTT. Dialog kebangsaan seperti ini bukan sekadar membicarakan masa lalu, melainkan menyiapkan pondasi masa depan yang dibangun di atas semangat toleransi, kebinekaan, dan keadilan,” ujarnya.(dskoinf.bdg)
0 Komentar